Cerita Sex Nonya Berhubungan Dengan Tukang Kebun Yang Berkerja Di Rumahnya

Posted on 486 views
cersex ibu hamil cersex bocil cersex ibu mertua kumpulan cersex cersex tetangga cersex abg cersex nenek

Cerita ini terjadi lebih kurang 3 bulan sehabis Sherin alami mimpi kurang bagusnya dengan Imron, sang penjaga universitas bobrok tersebut. Waktu itu ialah lima hari mendekati Lebaran, Sherin sudah 3 hari di dalam rumah tanpa orang tuanya karena ke-2 nya sedang ke luar kota mendatangi pernikahan kerabat.

Cersex MamaTinggallah dianya di dalam rumah yang lebih besar itu dengan 2 orang pembantunya Mbak Jum dan Mbak Narti dan seorang tukang kebun tua, Pak Udin. Sebenarnya ada seorang pesuruh kembali, Mbak Milah tetapi dianya sudah meminta izin mudik satu hari saat sebelum ke-2 orang tuanya pergi.

Hari itu jam sepuluh pagi, Mbak Jum dan Narti juga mohon pamit pada Sherin untuk mudik, Sherin awalnya bisa dibuktikan sudah dikabarhu faktor ini oleh mamanya dan dititipi beberapa uang buat mereka. Karena itu Sherin juga memberikan ke-2 amplop berisi uang itu pada mereka saat sebelum mereka meninggalkan.

“Cepatan kembali yah Mbak, saya sendiri nih jadi !” pesan Sherin.
“Non tidak perlu takut kan di sini masih tetap ada Pak Udin, oh ya makanan buat siang nantinya Mbak sudah persiapkan di atas meja, jika dingin masukkan oven saja yah” kata Mbak Narti.
Akhirya ke-2 wanita itu juga pergi. Sherin sebenarnya cukup risi di dalam rumah cuma berdua dengan Pak Udin, apalagi masih tetap belum lenyap dari daya ingatnya masa lalu pahit disetubuhi bekas pengemudinya, Nurdin dahulu.

Ia ingin panggil kekasihnya Frans untuk temaninya, tapi sayang pemuda itu baru pergi bersama keluarganya ke Singapura tempo hari. Tapi dianya cukup lega karena menurut dia Pak Udin bukan pria beresiko seperti bekas pengemudinya itu, dianya ialah pria berusia lanjut, 67 tahun dan orangnya cukup santun, jika berpapakan teratur menyapanya mesikipun tidak jarangkali Sherin cuek karena sedang cepat-cepat alias tidak begitu memerhatikan. Dia baru bekerja di dalam rumah eksklusif itu satu bulan lalu gantikan tukang kebun awalnya, Pak Maman yang memundurkan diri sehabis istrinya di daerah wafat. Sehabis menemani ke-2 pembantunya sampai ke psupaya, Sherin kembali ke dan masuk ke dalam kamarnya.

Di situ dianya menukar pakaiannya dengan pakaian fitness yang seksi, atasannya berbentuk kaos hitam tanpa lengan yang menggantung ketat sampai bawah dada menjadi memberikan perutnya yang seksi, belum juga keketatannya menunjukkan bentuk dadanya yang membusung cantik, sedangkan bawahannya berbentuk celana singkat yang membuntel paha sampai sepuluh centi di atas lutut. Sehabis mengikat rambutnya ke belakang, dianya selekasnya turun ke bawah ke arah ruangan fitness ada di belakang rumah. Ruangan itu memiliki sedang dengan dilapis karpet kelabu, sejumlah perlengkapan fitness terdapat disitu seperti treadmill, pelatihan bike, piranti multi gym, sampai yang kecil-kecil seperti abdomenizer dan barbel. Ruangan fitness keluarga ini bisa dibuktikan cukup komplet, disini Sherin seringkali olahraga jaga kesehatan dan bentuk badannya.

Sebelum akan memulai olahraga Sherin menghidupkan CD playernya dan kedengarlah musik R&B mengalun dari speaker yang dipasang pada dua faktor ruang tersebut. Sherin memulai latihan hari itu dengan treadmill, kurang lebih dua puluh menit lama waktunya dianya berjalan pada atas papan treadmill tersebut lantas dianya beralih ke piranti multi gym. Disetelnya alat itu jadi model sit up dan mulai dianya mengusung-angkat tubuhnya latih perut menjadi tidaklah aneh jika dianya memiliki perut yang begitu rata dan mulus. Butir-butir keringat mulai membasahi badan gadis itu, dari kening dan pelipisnya keringatnya menetes-netes. Mendadak Sherin merasa dianya ada yang memantau, dianya melontarkan pandangannya ke pintu geser yang 1/2 terbuka di mana dilihatnya Pak Udin, sang tukang kebun itu sedang berdiri melihati dianya.

“Heh…ngapain Bapak disana !?” hardik Sherin yang geram atas kelancangan Pak Udin yang masuk sembunyi-sembunyi tersebut.
“Tidak Non, setelah nyiram tanaman saja kebenaran melalui sini melihat Non kembali olahraga” jawab pria tersebut.
“Gak santun sekali sich, masuk diem-diem begitu, keluar !!” gertak Sherin sekalian menundingnya.

Sherin mulai merasakan tidak sedap dan takut saat melihat pria tua itu bukanlah pergi justru diam saja melihat kepadanya lantas meningkatkan senyuman. Tidak, peristiwa seperti tidak bisa terjadi kembali begitu berpikir Sherin, apalagi dianya cuma seorang pria tua, dapat apa dianya padanya, sekurang baik-kurang bagusnya kemungkinan juga paling larikan diri dan sang tua itu mustahil tenaganya cukup untuk memburu.
“Bapak mulai tidak kurang ajar yah” Sherin geram dan berdiri mendatanginya, “denger tidak barusan saya katakan keluar !?”
“Keluar ya keluar Non, tetapi bicaranya baik sedikit donk, dasar lonte” kata Pak Udin.
Ke-2 kata caci-maki terkini itu bisa dibuktikan diucap Pak Udin dengan suara kecil, tapi Sherin dapat dengarnya menjadi kontan darahnya juga naik terus.

“Hei…omong apa barusan ?! Keluar sana, cepat selesaiin barang Bapak, Bapak saya pecat sekarang , dasar orangtua gak tahu diri !” Sherin memarahinya dengan geram.
Pak Udin tentu saja terkejut karena caci-makinya kedengar menjadi memancing amarah nona maapabilannya itu, tetapi sesaat saja senyumannya merekah lagi.
“Lho mengapa emangnya Non, memang benar kan kata saya barusan, sama penjaga universitas dan pengemudi saja Non ingin kan ?” katanya mudah.
Dengar itu Sherin langsung merasa seperti ada belati dilempar pas berkenaan dadanya, dianya secara langsung mati kutu dan termenung sepanjang beberapa menit, perasaan takut mulai melingkupi dianya.

“Jangan bicara asal-asalan yah, saya telephone papah alias polisi jika perlu jika Bapak beberapa macam !” bentaknya sekalian tutupi kepanikan.
“Ya silahkan Non, telephone saja, nanti saya laporin Non sebelumnya sempat ada bermain sama sang Nurdin dahulu, terus sama penjaga universitas Non ”
Selanjutnya pria tua itu mulai mengulas bagaimana dianya mengenali skandal-skandal sex gadis itu yang kenyataannya didapatkannya dari Nurdin, bekas pengemudinya, yang pun tidak lain ialah sepupu pria tersebut.

Sherin diam seribu bahasa, rasanya lemas sekali memikirkan apa yang akan terjadi seterusnya. Pak Udin lantas dekati Sherin yang berdiri terdiam, tangan kerutannya menggenggam ke-2 lengannya yang mulus. Sherin tidak bereaksi, batinnya alami perselisihan, dianya benar-benar tidak mau layani gairah pria seusia kakeknya ini, tapi apa daya karena pria ini sudah mengenali nodanya yang dipakainya sebagai alat mengancamnya. Tangan pria itu mulai membelai lengannya menjadi mengakibatkan bulu kuduk gadis itu serempak berdiri merasa geli dan jijik. Tangan kanannya naik membelai pipinya lantas ke belakang kepalanya hebat ikat rambutnya menjadi tergerailah rambut cantiknya yang sepekan kemarin baru dilempengkan dan dihighlight kemerahan.
“Elok, benar-benar elok !” gumam Pak Udin kagum pada kecantikan Sherin, “Hanya sayang karakternya buruk !” lanjutnya sekalian menggerakkan badan gadis itu sampai jatuh tersuruk di lantai berkarpet.

“Aaaww !” jerit Sherin, tapi saat sebelum dianya sebelumnya sempat bangun pria itu sudah terlebih dahulu raih ke-2 lengannya, mengusungnya ke atas kepala dan mengamankan ke-2 pergelangannya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya menguak kaos fitnessnya menjadi payudaranya yang putih montok berputing kemerahan itu terpampang. Mata Pak Udin melotot seperti ingin lepas melihat keelokan ke-2 gunung tersebut. Pandangan mata itu membuat Sherin merinding melihatnya.

“Dasar anak zaman saat ini, sudah menjadi lonte saja masih tetap sukai berlagu !” kata Pak Udin sekalian meremas payudara kirinya dengan gaungs. “Tahu tidak, Bapak sebenernya kasian ngedenger sang Nurdin narasi berkenaan Non itu, saya sebelumnya sempat tegur ia, terus saya berpikir Non sudah bertobat, tetapi sepanjang saya kerja di sini kenyataannya masih tetap gitu-gitu saja. Non masih tetap angkuh dan sukai geram-marah ke pesuruh seperti kita, memang Non berpikir kami ini apa sich !?” pria itu dengan keras membentaknya.
“Jangan Pak, jangan demikian !” kata Sherin dengan suara tergetar.

Sementara Pak Udin terus kagum pada ke-2 payudara Sherin yang bikin gemas itu, tangan kanannya terus beralih-pindah meremasi ke-2 payudara tersebut. Sherin sendiri menggelinjang-geliat dan meronta tetapi penguncian Pak Udin pada pergelangan tangannya cukup kuat. Sentuhan tangan kerutan itu pada payudaranya mulai munculkan kesan aneh, darahnya bergolak dan napasnya mulai tidak teratur.

“Cewek kaya Non begini memang wajib diberi pelajaran agar tahu diri sedikit, sekaligus Bapak ingin merasakan cewek elok mumpung masih tetap nasib hehehe !” ucapnya terkekeh-kekeh.
“Aahh…sshhh….nngghh !” desah Sherin saat mulut Pak Udin melumat payudaranya, lidahnya yang panas itu langsung permainkan putingnya yang sudah mengeras.
Sherin sangat tidak memiliki daya waktu itu karena enaknya, dianya sudah terlatih alami penghinaan semenjak jadi budak sex Imron menjadi gairahnya secara cepat naik walau bersatu perasan tidak suka pada beberapa orang yang mengerjainya.

Sekalian masih tetap mengamankan pergelangan dan menciumi payudara nona maapabilannya, pria tua itu menyelusupkan tangan satunya ke celana singkat tersebut. Telapak tangannya sentuh vagina gadis itu yang banyak rambut-rambut lebat. Badan Sherin berkelejotan dan mulutnya keluarkan desahan saat jari-jari pria itu sentuh bibir vaginanya dan memulai mengorek-ngorek lubangnya, Sherin rasakan wilayah itu terus basah saja. Pak Udin tersenyum senang melihat muka terangsang Sherin yang bersemu merah. Merasa Sherin sudah kalah dan tidak melawan kembali, pria itu mulai melepas pengunciannya pada pergelangan gadis tersebut. Sehabis melepaskan pengunciannya tangannya langsung hebat lepas kaos fitness yang terkuak itu menjadi membuat gadis itu topeless. Keringat seperti embun membasahi badan sisi atasnya dari hasil fitness baru saja.

Sherin cuma dapat pasrah, matanya nerawang melihat langit-langit sekalian kadang-kadang merem-melek meredam nikmat. Mulut Pak Udin sekarang ini menjalar naik ke lehernya sementara ke-2 tangannya masih tetap bekerja meremas payudaranya dan mengobok-obok dibalik celananya. Sherin buang muka saat pria itu coba mencium bibirnya, terang-terangan dianya malas di cium oleh tua bangka ini, melihat giginya yang mulai ompong dan hitam-hitam saja jijik apalagi di cium. 2x dianya buang muka ke kanan dan kiri sampai pada akhirnya Pak Udin sukses memagut bibirnya yang cantik tersebut.

Ia menggeleng-gelengkan kepala berusaha lepas, tetapi waktu itu pria itu mengutamakan jemari tengahnya pada klitoris yang sudah sukses ditemukan menjadi automatis pemiliknya mendesah dan mulutnya buka. Saat tersebut lidah Pak Udin menyodok masuk dan secara langsung menyapukan lidahnya dalam mulut. Saat Pak Udin melumat bibirnya, Sherin pejamkan mata meredam jijik, betapa tidak bibir Pak Udin yang sudah mengerut itu sedang beradu dengan bibirnya yang imut dan tipis. Sebelumnya dianya menyikapi kecupan tukang kebunnya itu dengan pasif, tetapi karena beberapa serangan pria itu pada wilayah yang lain cukup terus-menerus dan membuat birahinya terus bergolak, lidah Sherin mulai turut bergerak beradu dengan lidah kasar tukang kebunnya tersebut. Sepanjang tiga menit lama waktunya Pak Udin menindih badan anak maapabilannya itu sekalian menciumi dan menggerayangi badannya.

Pria itu rasakan jari-jarinya semakin basah oleh lendir dari kemaluan gadis tersebut. Selanjutnya Pak Udin melepaskan kecupannya, air ludah mereka terlihat sama-sama menjuntai saat bibir ke-2 nya pisah. Selanjutnya dianya hebat lepas celana singkat Sherin dan celana dalamnya. Dianya bangun berdiri tanpa melepas pandangan matanya yang penuh gairah itu dari badan telanjang nona maapabilannya. Dianya mulai melepas baju kusamnya memberikan badannya yang hitam kerempeng lantas dianya membuka celananya menjadi berkesanlah penisnya yang sudah tegang, memiliki bentuk cukup panjang, pangkalnya banyak bulu-bulu yang 1/2 memutih.

Pak Udin memapah Sherin lantas membaringkannya di alat sit up, sebuah basis yang berdiri membuat faktor 45 derajat dengan lantai. Pria itu berjongkok di depannya dan buka kaki gadis tersebut. Mukanya merapat sampai memiliki jarak cuma sepuluh centi dari vagina gadis itu, matanya melihat nanar kemaluan yang dengan bulu lebat dengan sisi tengah yang memeras tersebut. Sherin mengalihkan muka ke samping dan pejamkan mata, dianya merasa malu diperperbuat begitu, tapi juga ada seperti rangsangan aneh yang membuatnya merasa seksi. Dianya dapat rasakan dengus napas pria itu menimpa vaginanya dan tingkatkan kesan nikmat.
“Ooohh…Paakk !” Sherin mendesah panjang sekalian memegang kuat pegangan alat itu saat lidah Pak Udin sapu bibir kemaluannya.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Aku Selingkuh Dengan Adik Pacarku

Begitu mahirnya mulut ompong Pak Udin menjilat-jilati dan mengisap vagina Sherin sampai membuat gadis itu menikmatinya. Sherin mendesis-desis dan kakinya melafalkanng, dianya mulai berani melihat ke bawah di mana selangkangannya sedang dijilati dan dihisap-hisap pria tua tersebut. Lidah Pak Udin bergerak dengan gesit, terkadang dengan pergerakan lamban, terkadang cepat, terkadang menjilat-jilati putar di wilayah itu menjadi tanpa diakui Sherin merasa terbang ke awang-awang, tanpa diakui tangannya raih tangan Pak Udin dan menempatkannya pada payudaranya, tangan kerutan itu juga langsung bekerja meremas dan memilin-milin putingnya.

Sehabis 1/2 jam lebih sedikit, badan Sherin melafalkanng luar biasa, cairan orgasme menetes dari lubang vaginanya.
“Aahh…oohhh…!” Sherin mengeluh panjang dalam orgasme pertama kalinya dengan sang tukang kebun tersebut.
Pak Udin menyengaja hentikan jilatannya untuk mengawasi lendir vagina gadis itu yang membanjir sampai menetes ke susunan kulit pada alat fitness tersebut. Sebuah senyuman cabul tergurat di wajah tuanya, sejenisnya dianya berbahagia sekali sukses mengalahkan nona maapabilannya seperti ini.

“Huehehe…gila banjir begini, Non konak yah, Bapak sukai sekali sama mem*k Non, hhhmhh…ssllrrpp !” Pak Udin akhiri ucapannya dengan mengisap lendir vagina nona maapabilannya.
Mulutnya sampai menyedoti bibir vagina gadis itu menjadi membuat badannya semakin melafalkanng dan tingkatkan nikmat orgasmenya.
“Hhmm..sedap yah rasa pejunya, Bapak sudah lama tidak merasakan seperti ini !” gumamnya sekalian terus mengisap cairan orgasme Sherin.

Nafsu Sherin secara cepat kembali bangkit karena Pak Udin terus menjilat-jilati vaginanya dan menyantap cairan orgasmenya sampai habis tersisa bintik ludah di wilayah selangkangan gadis tersebut. Nafsu itu hilangkan sementara rasa geram dan jijik yang pernah melingkupinya, entahlah kenapa dianya sekarang ini merasa ingin penis lelaki tua ini selekasnya menyerang vaginanya.

Jantung Sherin terus berdebar saat kepala penis pria itu sentuh bibir vaginanya. Nuraninya menginginkan agar dianya melawan dan kabur, tetapi badannya yang menjelaskan lain justru menggerakkan untuk buka kakinya lebih lebar. Dianya melihat terang bagaimana penis pria itu masuk vaginanya gestur senang di muka tuanya karena sukses nikmati badan gadis elok yang baru sebelumnya sempat dirasa seumur nasibnya.

“Hhsshhh…enngghh…me…mek Non seret…banget !” gumam tukang kebun itu ditengah-tengah napasnya yang mengincar.
“Ahhh…Pak Udin…ooohh !” rintih Sherin meredam nikmat saat penis itu mulai bergerak menggesek dinding vaginanya. Pak Udin mulai memacui vagina nona maap abilannya itu dengan kecepatan semakin bertambah tetapi tidak seberingas Imron alias pengemudinya dahulu karena faktor umur. Pak Udin juga kelihatannya sadar akan faktor ini menjadi dianya tidak ingin memacunya terlampau cepat agar tidak begitu menghamburkan tenaga dan dapat nikmati kepuasan sangat jarang ini semakin lama.
Sherin sendiri mulai terbawa oleh style Pak Udin yang unik tersebut. Tanpa diakui dianya gerakkan badan sisi bawahnya menyongsong hujaman-hujaman penis Pak Udin. Mata pria tua itu melihat ke-2 payudaranya yang ikut bergoyang-goyang meng ikuti goyangan badannya menjadi dianya tidak dapat mengendalikan diri tidak untuk menjulurkan tangan kanannya meremasi benda itu sekalian tangan yang satunya masih tetap menyokong lutut gadis tersebut. Sherin terlihat meringis-ringis dan mendesah sekalian kadang-kadang menggigiti bibir bawah alias tangannya yang terkepal.
“Kembali Non, nungging !” perintah pria itu sehabis 20 menitan dalam posisi yang masih sama.

Sherin sekarang ini bertumpu dengan ke-2 lututnya dan tangannya bertopang pada alat sit-up tersebut. Pria itu memperlebar sedikit kakinya lantas masukkan lagi penisnya ke lubang senggama gadis itu yang sudah licin oleh lendir. Sherin rasakan sikatan tukang kebunnya ini sekarang ini berasa lebih berkekuatan serta lebih dalam menjadi badannya lebih terbuncang dibanding sebelumnya. Sekalian memacu, ke-2 tangan kerutannya menggerayangi sepasang payudara yang menggantung tersebut. Suara bentrokan di antara bokong Sherin dengan selangkangan pria itu bersatu baur dengan irama musik R&B yang masih tetap mengalun dari CD player.
“Aarhhh…terus Non, goyang terus !” erang pria itu dengan suara parau.

Sebagai gadis yang sudah eksper masalah sex, Sherin tahu jika bajingan tua ini sudah ingin klimaks. Karena itu dianya juga memberi respon dengan menggoyahkan pinggulnya bisa lebih cepat. Betul saja, selang beberapa saat dianya rasakan ada siraman hangat dalam vaginanya. Pria itu mengeluh nikmati spermanya isi kandungan anak gadis maapabilannya itu. Pacuannya semakin turun kecepatannya sampai pada akhirnya stop dan penisnya tercabut. Pada akhirnya pria tua itu duduk berselonjor di lantai dengan napas ngos-ngosan. Sherin terlampau seksi untuknya menjadi dianya memacunya terlampau bergairah di saat terkini menjadi tenaganya cukup banyak terkuras.

Sherin cepat-cepat mengambili bajunya dan keluar ruang itu sehabis lebih dulu mematikan cd-player. Dianya melihat kecewa pada pria itu saat lewat di depannya sementara Pak Udin sendiri cuma tersenyum senang sekalian atur napasnya yang masih tetap putus-putus. Sherin masuk langsung ke kamarnya dan membanting pintu dan mengamankannya. Tidak kurang ajar sekali tua bangka ini, geramnya, tidak diduga sang tua itu kenyataannya ialah paman dari sisa pengemudi yang sebelumnya sempat mempecundanginya dahulu. Sekarang dianya sudah jatuh dalam kekuasaan bajingan tua ini tidak dapat melakukan perbuatan apapun karena dianya menggenggam kartu trufnya.

Sehabis air di bathtub penuh, Sherin menebarkan sabun ke dalamnya sampai berbuih lantas dianya masuk ke dan mencuci badannya dari beberapa sisa persetubuhan. Rasa capek dari olahraga dan persetubuhan barusan membuatnya merasa mengantuk dalam air hangat yang memberikan keenjoyan itu menjadi tanpa berasa dianya mulai tertidur di bak. Lebih dari 1/2 jam selanjutnya baru dianya tersadarkan karena smartphonenya yang ditempatkan di tepi bathtub mengeluarkan bunyi. Dianya selekasnya bawa telephone dari mamanya yang menyampaikan mereka esok sore baru pulang dan beramanat agar menjaga diri di dalam rumah, dan janganlah lupa kunci rumah yang betul. Betapa dongkolnya Sherin karena dengan begitu bermakna dianya tidak dapat melepas diri dari Pak Udin sampai esok dan masih tetap wajib iklas dikerjai orangtua tersebut.

Diapun bangun dan keluar bak mengakhiri mandinya. Sehabis keringkan badan dengan handuk dipakainya sebuah kaos kendur warna biru muda dan celana pendek. Jam sudah memperlihatkan jam 1/2 dua saat itu, di luar sana matahari sedang terik-teriknya. Sherin merasa perutnya sudah mengeluarkan bunyi meminta diisi. Dibukanya pintu sedikit dan melihatkan kepala keluar melihat kondisi, sepi…Pak Udin sejenisnya sedang ada di belakang sana. Karena itu dianya juga keluar kamar ke arah kamar makan. Sehabis menyendok nasi ke piringnya, dibukanya tudung sajian yang tutupi makanan di meja makan dan diambilnya lauk seperlunya. Sepuluh menit selanjutnya, dianya juga usai makan, lantas dibawa gelas dan piring sisa itu ke arah tempat bersihkan piring. Sepanjang membersihkan piring, mendadak dianya merasa sebuah tangan landing di bokongnya lantas meremasnya. Spontan diapun membalik tubuhnya dan menepiskan tangan tersebut.
“Tidak kurang ajar !” omelnya dengan muka cemberut.
“Siang Non, sudah bangun yah, asyik kan barusan ?” goda Pak Udin sekalian cengengesan.

Muka Sherin langsung merah padam dengarnya, bisa dibuktikan tidak dapat disangkal mesikipun perlakuan pria ini dapat dikelompokkan sebagai pemerkosaan dan merendahkan harga dianya tapi dirinya menikmatinya. Ingin rasanya menghajarkan piring ada berada di belakangnya ke kepala tua bangka ini sampai bocor, tetapi nyalinya tidak sebesar tersebut. Dianya cuma dapat menepiskan tangan pria itu saat akan meraba-raba dadanya lantas mendengus kecewa sekalian melengos meninggalkan. Selang beberapa saat kedengar suara pintu dibanting dari kamarnya. Pak Udin sendiri cuma tertawa-tawa melihat reaksi nona maapabilannya tersebut.

Di dalam kamar Sherin menyetel cd-playernya keras-keras sekalian menghidupkan sebatang rokok untuk melepaskan kekecewaan pada tukang kebunnya yang brengsek tersebut. Sehabis rokok itu habis 1/2 tangkai, mendadak kedengar ketukan pada pintu. Dianya kecilkan sedikit volume cd-playernya lantas buka pintu.
“Ngapain kembali sich Pak ?!” katanya ketus.
“Waduh…jangan judes begitu donk Non, ini Bapak hanya konak kembali nginget yang baru saja, kami bermain kembali sedikit yok Non, mumpung hanya kami duaan di sini” sahut Pak Udin.
“Tidak ah, barusan kan udah…pergi sana !” tolak Sherin dengan kecewa sambil tutup pintu.
“Mari donk Non jangan begitu ah…sebentar saja, barusan Bapak belum merasakan kont*l Bapak dimulut Non, mari dong…yah !” Pak Udin meredam pintu itu dengan 1/2 meminta dan 1/2 memaksakan.

Pak Udin membuatnya tidak punyai pilihan lain menjadi pada akhirnya secara mau tak mau diokeinnya tekad pria ini. Dengan berat hati dibiarkannya pria itu masuk ke dalam kamarnya. Sherin menghempas bokongnya sampai terduduk di pinggir tempat tidur tanpa melepaskan pandangan geramnya pada pria tersebut. Pak Udin berdiri di hadapannya dan memulai melepas celananya. Sehabis celana panjangnya merosot jatuh, dianya keluarkan penisnya yang sudah menegang dari kembali celana dalamnya.
“Mari Non disepong yang sedap !” Pak Udin memberikan penis itu pada nona maapabilannya.

Walaupun terlatih melihat penis hitam dan dilecehkan seperti itu, tapi Sherin baru sebelumnya sempat bermasalah dengan penis tua yang bulu-bulunya sudah mulai beruban seperti yang ini menjadi ada rasa malas untuk mengoralnya. Sherin sadar jika itu ialah kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar kembali, karena itu secara mau tak mau dianya mulai memegang penis itu, berasa renyutan benda itu dalam genggamannya. Tanpa menunggu perintah kembali dianya dekatkan mukanya pada penis yang menodong mukanya tersebut. Lidahnya bergerak sapu sisi kepalanya yang bersunat. Pak Udin mengeluh parau rasakan jilatan lidah gadis itu pada ujung penisnya, badannya tergetar sekalian meremas rambut gadis tersebut. Seumur nasibnya baru sebelumnya sempat pria tua itu rasakan yang bernama oral sex, istrinya teratur menampik untuk meperbuat faktor itu, menjadi kenasiban seksnya berasa cemplang sepanjang beberapa puluh tahun menikah. Oral sex pertama dengan gadis secantik nona maapabilannya ini memberikannya kesan hebat, rasanya seperti kembali muda kembali menjadi dianya melenguh tidak karuan. Penisnya sekarang ini sudah masuk ke dalam mulut gadis itu, dianya rasakan lidahnya menggelikitik penisnya kesan hangat dari air liurnya.

“Uhhh…enak sekali Non, terus gituin yah…eeemm…jangan dilepaskan yah !” erangnya sekalian memegang kepala gadis tersebut.
Sherin memperlancar beberapa tehnik mengoralnya, terus hari dianya terus terlatih diperperbuat begitu di universitas, terutama yang sekurang-kurangnya jarang-jarang dengan Imron, kadang-kadang dengan Pak Dahlan sang dosen bobrok itu alias sempat dengan Pak Kahar, sang satpam universitas yang tidak berakhlak. Dianya memaju-mundurkan kepalanya sekalian mengulum penis itu, tangannya ikut juga bekerja mengocak batangnya alias memijat buah pelirnya. Pria 1/2 baya itu merasa terus kenikmatan menjadi tanpa sadar dia menggerakkan pinggulnya menjadi penisnya menyikati mulut Sherin seakan menidurinya.

Sekarang ini Sherin stop memaju-mundurkan kepalanya dan cuma pasrah biarkan mulutnya disenggamai tukang kebunnya itu, kepalanya dipegangi menjadi tidak dapat melepas diri. Tidak kurang lebih sepuluh menitan pada akhirnya Pak Udin capai pucuk, dianya mengeluh tidak karuan dan gerakkan pinggulnya bisa lebih cepat menjadi membuat Sherin cukup kewalahan. Disertai erangan keras, keluarlah spermanya di mulut Sherin. Mesikipun jijik karena wewangiannya yang cukup tajam, Sherin juga bisa menelan habis cairan itu tanpa menetes keluar mulutnya. Bisa dibuktikan mengisap adalah keunggulannya dalam hubungan seksual. Frans, kekasihnya, juga sukai penisnya dioral olehnya, kadangkala jika sudah ingin orgasme dianya meminta kepadanya untuk dioral agar dapat keluar di mulut dan rasakan hisapannya yang hebat tersebut. Sehabis semburannya stop, dijilatinya bekasnya yang blepotan pada tangkai itu sampai bersih.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Hubungan sexs meskipun tanpa status

“Sudah Pak…cukup sampai sini, sekarang keluar !” Sherin berdiri dan memerintahnya keluar.
“Alah Non…masa sich begitu saja ? mari donk agar Bapak muasin Non !” Pak Udin dekap badan Sherin dan tangannya mengarah ke bawah meremas bokongnya.
Sherin meronta dan menggerakkan badan pria tua itu sampai dianya terhuyung ke belakang nyaris jatuh.
“Sudah donk Pak, saya katakan jangan saat ini, mengapa sich !?” kata Sherin 1/2 membentak.
Pak Udin cuma tersenyum kecil sekalian meningkatkan lagi celananya.
“Ya sudah gak apapun deh…dasar lonte…awas ya nantinya !” dianya lantas mengubah tubuh dan keluar kamar.

Pada akhirnya Sherin sukses menampik pria itu, tetapi dianya cukup takut dengar pengucapan terkini Pak Udin yang bersuara memberikan ancaman tersebut. Ya telahlah paling-paling dikerjakan mati-matian kembali dan diminta tidur bersama sang tua brengsek itu, toh yang seperti itu dapat disebut sudah jadi faktor biasa semenjak dianya jadi budak sex. Sekarang ini dianya tidak sedang suasana hati meperbuat faktor tersebut. Dianya juga tiduran di tempat tidur empuk itu sekalian dengarkan musik yang mengalun dari cd-player. Matanya terpejam sampai tanpa berasa dianya tertidur kembali.
Lebih kurang jam 1/2 empat, Sherin sadar dari tidurnya karena ada suara ketukan pada pintu dan suara Pak Udin meminta buka pintu.
“Huh, tua bangka itu kembali, dasar gak tahu diri” omelnya.
“Ngapain kembali sich Pak, jangan keterlaluan donk !” ucapnya dengan judes demikian muncul di muka pintu.

“Wes…wes…jangan geram-marah terus-terusan donk Non, Bapak bukan ingin kacaukan Non, itu ada orang dari pabrik dateng ucapnya ingin mengambil barang titipan baginda !” kata Pak Udin tenang.
Sherin baru ingat bisa dibuktikan saat sebelum pergi papanya sebelumnya sempat memercayakan document kerja dan sebuah CD yang dibuntel dalam amplop besar warna coklat. Dianya lantas ke arah ruangan kerja papanya sehabis awalnya tutup pintu kamar dengan 1/2 dibanting di muka tukang kebunnya tersebut. Diambilnya amplop coklat yang diartikan itu dari almari meja papanya dan dibawa ke ruangan tengah di mana orang suruhan papanya itu menunggu. Di atas sofa ruangan tengah sudah menunggu 2 orang pria yakni Pak Irfan, salah satunya staf papanya, seseorang yang berperawakan singkat berusia 40-an, dan satunya ialah pengemudi pabriknya yang namanya Jabir, seorang pria berkumis tebal dan badannya padat berisi dan kulitnya hitam kasar karena seringkali terlatih bekerja di bawah cahaya matahari.
“Sore Non Sherin” sapa Pak Irfan ramah, Jabir tersenyum menyapanya.

“Sore Pak” Sherin balas menegur dan tersenyum kecil “Ini Pak , titipan dari papah, benar kan?”
“Ah…iya Non benar ini, terima kasih yah !” kata Pak Irfan sambil terima amplop tersebut.
“Ada apalagi Pak yang dapat saya tolong ?” bertanya Sherin melihat mereka yang masih belum bergerak pergi.
Ke-2 pria itu termenung sesaat sama-sama pandang keduanya, lantas Pak Irfan menjelaskan,
“Mmm…anu Non sekaligus itu…THR nya ?”
“THR ? Kok mintanya ke saya, kan yang mengurus sisi pabrik ?” Sherin cukup bingung.

“Itu Non, THR spesialnya…kan Pak Udin diberi, saat kami tidak ?” ikat Jabir sang pengemudi pabrik.
Deg…Sherin kaget dengar pengucapan Jabir itu, apalagi ekpresi mereka mulai berbeda menyeringai cabul demikian melihat reaksinya.
“Brengsek…tua bangka mulut ember, kelewatan sekali sich !” makinya dalam hati.
“Nnngg….ma-maksudnya apa sich Pak ?” tanyanya grogi berpura-pura tidak paham apapun.
“Alah Non berpura-pura bodoh saja” kata Pak Irfan sekalian geser duduknya dekati Sherin, “THR dari Non, ini loh” ucapnya menggenggam paha gadis tersebut.
“Eeii…jangan tidak kurang ajar yah !” gertak Sherin menggerakkan pria tersebut.

Tanpa diperhitungkan, Jabir sudah ada di sampingnya dan dekap badannya sehabis dianya menggerakkan Pak Irfan.
“Apa-apaan nih, lepasin saya, tolong…tolong…!!” jeritnya sekalian meronta.
“Hus jangan teriak Non, nanti semuanya orang tahu ingin taro di mana mukanya…kan kasian bapak Non, di pabrik disebut apa nanti jika anaknya ada bermain sama tukang kebun hehehe !” kata Pak Irfan sekalian tertawa-tawa.
“Iya Non, lagian kan sudah ingin hari raya, bisa donk sesekali nyenengin kita-kita yang sudah kerja untuk keluarga Non” timpal Jabir
“Hehe…gimana Non, kata Nurdin dahulu Non sukai kerubutan makannya Bapak mengajak mereka merasakan Non, ditanggung Non senang dech” kata Pak Udin yang sudah berdiri ada di belakang sofa.

Sherin sadar jika sekarang ini dianya sangat terjerat, tidak ada pilihan lain kembali bukan hanya mengikuti tekad bobrok mereka. Dipandangnya tiga muka cabul yang mengitarinya dengan kecewa, terutama Pak Irfan, bawahan papanya yang sudah dikenalinya semenjak masih tetap kecil itu teganya melakukan perbuatan begitu padanya, kenyataannya dianya tidak tidak sama dengan pria-pria lain yang sebelumnya sempat memerkosanya, berakhlak bobrok. Tangan pria itu sekarang ini memegang pergelangan kakinya dan tangan yang lain mengelusi betis sampai pahanya yang ramping dan mulus itu menjadi darahnya mulai berhembus. Demikian juga Pak Udin dan Sang Jabir yang mendekapnya mulai menggerayangi badan sisi atas payudaranya di luar menjadi membuatnya menggelinjang-geliat. Jantungnya berdetak dengan kuat, apa ada lebih buruk dibanding layani ke-3 binatang wajahnya manusia ini, begitu ucapnya dalam hati.

“Gak kerasa Non sudah dewasa yah, sudah tambah elok, tambah gairahin” kata Pak Irfan sekalian melepaskan celana singkat Sherin.
Jabir meng ikuti perlakuan Pak Irfan dengan melepaskan kaos gadis tersebut. Karena itu sekarang ini badan Sherin yang putih mulus itu tinggal memakai bra berenda dan celana dalam yang ke-2 nya warna putih, bulu kemaluannya terlihat berkesan melalui celana dalamnya yang semi terbuka. Mata ke-3 nya terbelakak melihat kemolekan badannya, terlihat jakun mereka bergerak turun-naik dan pandangan mata mereka begitu bergairah seperti srigala lapar.

“Pada akhirnya juga bisa melihat bodinya Non Sherin, setiap kali saya konak sekali jika simak Non pakai pakaian seksi ke pabrik” kata Jabir.
“Visi yah Non, bapak ingin nyusu dahulu” Pak Udin yang sudah beralih tempat berjongkok di muka sofa minta izin sambil membuka cup bra samping kanannya.
Tanpa ba-bi-bu kembali pria 1/2 baya itu langsung melumat payudara kanannya.
“Sshhh !” desis Sherin rasakan payudaranya dikenyoti.

Berasa sekali lidah sisi atas pria itu menggesek-gesek putingnya seperti mengamplas menjadi benda itu semakin menegang tidak dapat ketahan. Jabir yang ada di belakangnya menggairahkannya dengan kecupan dan jilatan pada leher dan telinganya, telapak tangannya yang lebih besar itu menyelusup masuk ke dalam cup bra kirinya sentuh kulitnya yang lembut, selekasnya jari-jarinya memilin-milin putingnya sehabis temukannya. Dalam pada itu, Pak Irfan di bawah sana sedang memegang kaki kanannya agar masih tetap terhampar sekalian tangan satunya mainkan jari-jarinya mengosok-gosok kemaluannya di luar celana dalam. Senyuman pria itu semakin lebar bersamaan secara bintik cairan pada celana dalamnya yang semakin lebar. “Sedap kan Non, sampai banjir begini” kata Pak Irfan yang tetap terus-menerus menggerayangi selangkangannya.

Diserang dari sejumlah arah di bagian sensitifnya seperti itu membuat birahi Sherin harus menggelinjang bangun. Dianya pasrah saja biarkan ke-3 pria itu mengambil badannya. Jabir melumat bibir gadis itu saat kepalanya mendangak karena terangsang. Mata Sherin membelakak saat pertama kalinya bibir tebal pria itu melekat ke bibirnya tapi beberapa menit saja matanya kembali terpejam nikmati percumbuan. Kumis tebal Jabir bersinggungan dengan wilayah lebih kurang mulut Sherin, tapi dianya meremehkannya dan terus menyongsong kecupan sang pengemudi pabrik itu, terlihat lidah ke-2 nya sama-sama beradu dan sama-sama jilat.

Sekalian bercumbu, tangan pria itu terus meremas-remas payudara kirinya. Pak Udin yang berjongok di sampingnya tidak saja melumat payudaranya, mulutnya kadangkala mencari anggota badan lainnya yang masih tetap lowong tinggalkan tapak jejak air liur, tangannya juga ikut menyentuh-jamah dimana-mana. Pak Irfan dekatkan mukanya pada selangkangan Sherin lantas menjulurkan lidah menjilat-jilati sisi celana dalam yang basah itu menjadi badan gadis itu menggelinjang. Benar-benar ke-3 pria ini pemikirannya sudah buta oleh nafsu. Tuhan di atas sana tentu sudah hilangkan semua beribadah puasa mereka yang sudah digerakkan sepanjang satu bulan dan nyaris capai sisi akhir tersebut.

Pak Irfan hebat lepas celana dalam Sherin yang sisi tengahnya sudah basah. Matanya langsung nanar melihat kemaluannya yang dengan bulu lebat dan sudah becek tersebut. Saat sebelum meneruskan mereka menggeletakkan badan gadis itu di meja ruangan tamu berbahan kayu berukir dekat mereka. Pak Udin singkirkan beberapa barang diatasnya, Jabir menanggalkan branya menjadi sekarang ini badan Sherin yang sudah telanjang bundar itu ditelentangkan di meja dengan ke-2 kaki menjuntai ke bawah. Ke-3 nya melihati badan telanjang itu dengan pandangan penuh birahi. Pak Irfan kelihatannya tidak sabar kembali agar selekasnya nikmati, dianya selekasnya berlutut antara paha Sherin dan meningkatkan ke-2 pahanya ke pundak lantas memasukkan mukanya di selangkangan gadis tersebut.

“Oohhh…!!” desah Sherin sekalian menggelinjang saat lidah pria itu sentuh bibir vaginanya dan menyodok masuk seperti ular.
Lidah itu menari-nari dan menjilat-jilati vaginanya, dianya rasakan sebuahperasaan yang sulit digambarkan saat lidah pria itu sentuh klitorisnya menjadi dianya cuma dapat mendesah lebih panjang dan badannya menggeliat. Pak Udin dan Jabir masing-masing berdiri di kiri dan kanan kepalanya, mereka buka celananya masing-masing. Betapa terpananya Sherin melihat penis Jabir yang begitu besar dan berurat itu, ada mungkin ukuran 20 cm. Dianya rasakan penis itu tergetar pada tangannya saat dipegang.

“Sepong Non, Pak Udin katakan Non nyepongnya sedap !” perintah Jabir.
Walaupun kata-kata tidak pantas itu berasa panas di kupingnya, tapi ditempatkan benda itu ke mulutnya. Dianya buka mulut dengan lebar-lebarnya untuk memasukkan.
Sherin mengoral penis Jabir sekalian tangan satunya mengocaki penis Pak Udin. Ke-2 pria itu melenguh sekalian merem-merem nikmati ‘adik’nya dilayani oleh gadis tersebut. Rangsangan-rangsangan imbas jilatan Pak Irfan pada vaginanya mengakibatkan libidonya meninggi menjadi terus baik juga servicenya pada dua penis tersebut. Selang beberapa saat Pak Irfan merasa senang menjilat-jilati vagina Sherin.Saat dianya siap-siap akan meniduri putri atasannya itu, mendadak sang Jabir menyela,

“Eh…tunggu-tunggu, jangan disikat dahulu, gua ingin nyicipin bentar mem*knya, ingin tahu rasanya mem*k cewek elok !”
“Sabar donk, semua dapat gantian kok, gua sudah gak tahan nih !” kata Pak Irfan.
“Ayolah bentar saja, nanti jika lu tusuk terburu wewangian kont*l, gua menjadi gak hasrat” pinta Jabir satu kali lagi.
Mereka bertiga tertawa-tawa dengarnya, pada akhirnya Pak Irfan mengalah sedikit dan biarkan Jabir menjilat-jilati vagina Sherin.
“Ya sudah, sana nyepong, jangan semakin lama, setelah ini gua nusuk lebih dulu yah !” kata Pak Irfan sekalian buka celananya dan berdiri di samping Sherin.

Karena itu mulai sang kumis itu menjilat-jilati vaginanya, tidak cuma lidahnya yang bermain, jarinya juga ikut menusuk-nusuk menjadi badan Sherin dibikinnya semakin menggeliat. Ketika yang masih sama Sherin sekarang ini layani penis Pak Irfan dan Pak Udin, tukang kebunnya.
Ke-2 tangan Sherin memegang penis itu, mengocak dan mengoralnya dengan berganti-gantian. Karena kenikmatan, Pak Irfan memegang kepala Sherin saat diemut penisnya, tidak ikhlas kehilangan kuluman nikmat tersebut.
“Hehehe…bener kan kata saya, situ sampai suka sepongan sang Non ?” kata Pak Udin terkekeh melihat kelakuan Pak Irfan.